“Malang sekali nasibmu saudaraku”, kata laki-laki itu
kepada aladin dan ibunya. “Yang penting kita masih bisa makan,paman”,
jawab Aladin. Karena merasa prihatin dengan keadaan saudaranya tersebut,
maka laki-laki itu bermaksud untuk mengajak Aladin ke luar kota. Dengan
seijin ibunya,lalu Aladin mengikuti pamannya pergi ke luar kota.
Perjalanan yang mereka tempuh sangat jauh sekali, dan
pamannya tidak mengijinkan Aladin untuk beristirahat. Saat Aladin
meminta pamannya untuk berhenti sejenak, pamannya langsung memarahinya.
Hingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat di tengah hutan. Aladin
lalu diperintahkan pamannya untuk mencari kayu bakar. “Nanti ya paman,
Aladin mau istirahat dulu”, kata Aladin. Pamannya sangat marah setelah
mendengar jawaban Aladin tersebut. “Berangkatlah sekarang, atau kusihir
engkau menjadi katak”, teriak pamannya. Melihat pamannya sangat
marah,lalu Aladin bergegas berangkat mencari kayu.
Setelah mendapatkan kayu, pamannya lalu membuat api
dan mengucapkan mantera. Aladin sangat terkejut sekali, karena setelah
pamannya membacakan mantera, tiba-tiba tanah menjadi retak dan membentuk
lubang. Aladin mulai bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah dia benar
pamanku? Atau dia hanya seorang penyihir yang ingin memanfaatkan aku
saja?”
“Aladin, turunlah kamu kelubang itu. Ambilkan aku
lampu antic di dasar gua itu”, suruh pamannya. “AKu takut paman”, kata
Aladin. Pamannya lalu memberikan cincin kepada Aladin. “Pakailah ini,
cincin ini akan melindungimu”, kata pamannya. Kemudian Aladin mulai
turun kebawah.
Setelah sampai di bawah, Aladin sangat takjub dengan
apa yang dia lihat. Di dasar gua tersebut Aladin menemukan pohon yang
berbuahkan permata dan banyak sekali perhiasan. “Cepat kau bawa lampu
antiknya padaku, Aladin. Jangan perdulikan yang lain”, teriak pamannya
dari atas. Aladin lalu mengambil lampu antik itu, dan mulaimemanjat ke
atas. Tetapi setelah hamper sampai di atas, Aladin melihat pintu gua
sudah tertutup dan hanya terbuka sedikit. Aladin mulai berpikir kalau
pamannya akan menjebaknya. “Cepat Aladin, lemparkan saja lampunya”,
teriak pamannya. “Tidak, aku tidak akan memberikanlampu ini, sebelum aku
sampai di atas”,jawab Aladin.
Setelah berdebat, paman Aladin menjadi tidak sabar
dan akhirnya “Brak!” pintu lubang ditutup, dan pamannya meninggalkan
Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan
duduk termenung. Kini dia tau kalau sebenarnya laki-laki tersebut
bukanlah pamannya, dan dia hanya diperalat oleh laki-laki itu. Aladin
lalubmencari segala cara supaya dapat keluar dari gua, tetapi usahanya
selalu sia-sia. “Aku sangat lapar, dan ingin bertemu ibuku, ya Tuhan,
tolonglah hambamu ini !”, ucap Aladin.
Sambil berdoa, Aladin mengusap-usap lampu antik dan
berpikir kenapa laki-laki penyihir itu ingin sekali memiliki lampu itu.
Setelah digosok-gosok, tiba-tiba di sekelilingnya menjadi merah dan asap
membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat
ketakutan. “Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan”, saya adalah
Jin penunggu lampu. Apa perintah tuan padaku?”, kata raksasa “Oh, kalau
begitu bawalah aku pulang kerumah.” “Baik Tuan, naiklah kepunggungku,
kita akan segera pergi dari sini”, kata Jin lampu. Dalam waktu singkat,
Aladin sudah sampai di depan rumahnya. “Kalau tuan memerlukan saya,
panggillah saya dengan menggosok lampu itu”.
Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada
ibunya. “Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?”, kata
Ibu Aladin. “Ini adalah lampu ajaib Bu!”, jawab Aladin. Karena ibunya
tidak percaya, maka Aladin lalu menggosok lampu itu. Dan setelah Jin
lampu keluar, Aladin meminta untuk disiapkan makanan yang enak-enak.
Taklama kemudian ibunya terkejur,karena hidangan yang sangat lezat sudah
tersedia di depan mata.
Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup
bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda.
Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat
terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu
menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja.
“Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya”. Ibu pergi ke istana raja
dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. “Baginda, ini adalah
hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku.” Raja amat senang. “Wah…,
anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke
Istana kalian dengan membawa serta putriku”. Setelah tiba di rumah Ibu
segera menggosok lampu dan meminta Jin lampu untuk membawakan sebuah
istana.
Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian jin
lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. “Tuan, ini Istananya”.
Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang
sangat megah. “Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?”,
Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua
melaksanakan pesta pernikahan.
Tidak disangka, ternyata si penyihir ternyata melihat
semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat
Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana
Aladin. Ia berteriak-teriak, “tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru
!”. Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera
keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok
lampu itu dan memerintahkan jin lampu memboyong istana beserta isinya
dan istri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat
terkejut karena istananya hilang. Aladin lalu teringat dengan cincin
pemberian laki-laki penyihir. Digosoknya cincin tersebut, dan keluarlah
Jin cincin. Aladin bertanya kepada Jin cincin tentang apa yang sudah
terjadi dengan istananya. Jin Cincin kemudian menceritakan semuanya
kepada Aladin. “Kalau begitu tolong bawakan istana dan istriku kembali
lagi kepadaku”, seru Aladin. “Maaf Tuan, kekuatan saya tidaklah sebesar
Jin lampu,” kata Jin cincin. “Kalau begitu, Tolong Antarkan aku ke
tempat penyihir itu. Aku akan ambil sendiri”, seru Aladin. Sesampainya
di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri
dikurung. Putri lalu bilang kalau penyihir itu sedang tidur karena
kebanyakan minum Bir. Setelah mengetahui kalau penyihir itu tidur, maka
Aladin menyelinap ke dalam kamar laki-laki penyihir tersebut.
Setelah berhasil masuk dalam kamar, Aladin lalu
mengambil lampu ajaibnya yang penyihir dan segera menggosoknya.
“Singkirkan penjahat ini”, seru Aladin kepada Jin lampu. Penyihir
terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi Jin lampu langsung membanting
penyihir itu dan melemparkan ke luar istana. “Terima kasih Jin lampu,
bawalah kami dan Istana ini kembali ke tempatnya semula”. Sesampainya di
Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu
untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
0 komentar:
Posting Komentar